Pembangkit Listrik Ditemukan dari Air Garam, Blimbing dan Kentang
Berawal dari memanfaatkan barang bekas pakai, pelajar Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darun Najah Mojokerto, menemukan energi alternatif dari air garam, kentang dan blimbing wuluh. Bahan-bahan itu mereka olah sehingga menghasilkan tenaga listrik.
Ditemui wartawan di laboratorium sekolah, Rabu (2/8/2017), para ‘ilmuan cilik’ ini menunjukkan cara kerja alat yang mereka temukan. Ternyata pembangkit listrik tenaga alternatif temuan mereka cukup sederhana.
Jika menggunakan air garam, cukup menyiapkan kabel bekas, pelat tembaga dan seng bekas, avometer, jam digital, air putih, gelas bekas air mineral, sendok makan dan garam dapur halus. Mula-mula garam dapur mereka larutkan ke dalam tiga gelas air mineral. Masing-masing gelas menggunakan 3 sendok makan garam.
Selanjutnya, rangkaian kabel dan pelat tembaga serta seng mereka masukkan ke dalam larutan garam tersebut. Rangkaian ini tersambung dengan jam digital. Dalam waktu sekejap, jam digital pun berjalan. Adanya tenaga listrik juga mereka uji menggunakan avometer.
“200 Mililiter air garam menghasilkan tegangan listrik 0,8 volt. Kalau dirangkai tiga gelas bisa untuk menyalakan jam digital yang membutuhkan tegangan 1,5 volt. Ini bisa bertahan sampai 8 hari,” kata salah seorang penemu pembangkit listrik mini, Fitriana Rachmadani (11), murid kelas VI MI Darun Najah.
Tak hanya air garam, di tangan Fitria dan kawan-kawan, belimbing wuluh yang sudah dihaluskan juga bisa menghasilkan tenaga listrik. Dengan rangkaian kabel dan pelat tembaga serta seng, tenaga listrik yang dihasilkan bisa menjalankan jam digital. Begitu juga dengan kentang.
“Kalau belimbing wuluh per buah menghasilkan tegangan listrik 0,6 volt, sedangkan kentang per buah menghasilkan 0,7 volt,” ujarnya.
Murid lainnya, Sarah Avihanani (11) mengaku penemuan ini terdorong oleh kegiatan ekstra kurikuler sekolah yang mengharuskan membuat inovasi dari bahan-bahan yang ada di rumah. Dirinya dan teman-temannya pun terinspirasi cara kerja aki. Menurut dia, aki motor di rumahnya bisa menghasilkan tenaga listrik karena berisi larutan asam.
“Kami akhirnya menggunakan belimbing wuluh yang mengandung zat asam. Kemudian mencoba lagi memakai kentang dan garam, ternyata bisa menghasilkan listrik,” terangnya.
Sementara guru IPA kelas VI MI Darun Najah M Zaenal Farid menuturkan, temuan murid-muridnya itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi sekolahnya. Hanya saja, pengembangan temuan ini terganjal pendanaan.
“Karena teknologi pembangkit listrik tenaga alternatif ini masih perlu percobaan banyak lagi untuk menghasilkan listrik yang lebih besar dan efisien,” tandasnya.
(fat/fat)
Tinggalkan Balasan