Pemerti Code, Komunitas Sungai untuk Wisata Yogyakarta

Dengan cita-cita menjadikan Code kawasan wisata di Yogyakarta, Totok Pratopo dan warga Code utara dari Blunyah Sinduadi hingga Tungkak mendirikan komunitas Pemerti Code pada 2009. Aksi mereka mewujud dalam gerakan restorasi sungai yang kini melahirkan komunitas sungai lain seperti Komunitas Sungai Gajahwong dan Komunitas Sungai Manunggal.

Meskipun tidak selalu berfokus pada kebersihan, sektor pariwisata yang menjadi visi utama Pemerti Code tidak akan berkembang apabila lingkungan sungai kotor. Oleh karenanya, kebersihan sungai dan penanggulangan pencemaran sungai menjadi gerakan dasar komunitas tersebut.

“Selama ini, sebagian besar limbah sungai berasal dari rumah tangga yang kita tahu sendiri sulit untuk diminimalisir. Untuk itu, sampah harus habis paling tidak di tingkat RT yakni dengan komposter maupun peralatan-peralatan pengelolaan sampah yang disediakan di setiap kawasan,” kata Totok.

Lebih daripada itu, konsentrasi Pemerti Code untuk menjadikan Sungai Code sebagai aset pariwisata diwujudkan dengan pengadaan wisata tracking susur sungai yang berada di kampung-kampung sekitar, terutama di kawasan Cokrodiningratan. Wisata ini cukup banyak diminati oleh kalangan tertentu, khususnya mahasiswa asing dan peneliti.

“Sejauh ini wisata susur sungai masih dalam tahap perkembangan. Kami warga sekitar melihatnya sebagai inovasi baru aset pariwisata di Yogyakarta,” kata Bambang, warga kampung Cokrodiningratan.

Dalam mengembangkan wisata, Pemerti Code bekerja sama dengan komunitas-komunitas sungai di Yogyakarta lain seperti Winongo dan Gajahwong. Kerjasama dilakukan melalui pembersihan kawasan sungai dan daerah sekitarnya.  Kegiatan bersih sungai yang dilakukan sejak pertengahan 2015 masih berlanjut hingga sekarang.

“Program ini difasilitasi Pemda DIY melalui Badan Lingkungan Hidup. Mereka yang membantu membawa sampah sungah ke TPA di Piyungan, Bantul,” kata Ari, relawan Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA).

Selain program wisata susur sungai, Pemerti Code juga memiliki agenda yang masih dikembangkan, yaitu Sekolah Sungai. Sekolah Sungai merupakan program yang dicanangkan sejak pertengahan Oktober 2015.

Tujuannya adalah memberikan edukasi tentang sungai kepada masyarakat dengan cara belajar langsung dengan komunitas sungai. Totok menuturkan bahwa kegiatan Sekolah Sungai tidak hanya dilakukan di ruang kelas, namun juga praktik di lapangan secara langsung.

Kegiatan pembelajaran Sekolah Sungai biasanya diisi dengan jumlah siswa sekitar 25 hingga 30 orang dengan latar belakang yang beragam, seperti aktivis, ibu-ibu, kelompok warga atau komunitas, hingga anak-anak.

Gagasan Sekolah Sungai yang diprakarsai oleh Totok dan komunitasnya berawal dari keinginan agar masyarakat turut peduli akan kelestarian ekosistem sungai. Karena menurutnya, selama ini masyarakat cenderung menganggap sungai sebagai tempat sampah alih-alih saluran air. Oleh karenanya, materi pembelajaran mencakup segala hal yang berkaitan dengan penerapan pengelolaan tanah, air, dan lingkungan dari hulu sampai hilir sepanjang Sungai Code.

“Kami juga memberikan materi mengenai mitigasi bencana mengingat Sungai Code merupakan salah satu jalur aliran lahar dingin Gunung Merapi yang rentan berpotensi bencana,” kata Totok.

Sumber  : http://wargajogja.net/lingkungan/pemerti-code-komunitas-sungai-untuk-wisata-yogyakarta.html

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *